PETANI
tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) harus mewaspadai terhadap
serangan penyakit karat puru yang disebabkan oleh jamur Uromycladium
tepperianum yang kini mewabah,karena bisa mematikan tanaman secara
besar-besaran,sehingga dapat merugikan.
Buktinya,sebanyak
309.760 batang pohon tanaman sengon milik petani di 10 kecamatan yang
ada di Kab.Tasikmalaya terserang penyakit karat puru,yang sudah
berlangsung sejak beberapa bulan lalu.Hal itu diungkapkan Koordinator
Penyuluh Kehutanan (KPK) Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun)
Kab.Tasikmalaya Endang Supriatna,SP.
Selanjutnya dia
mengatakan,tanaman sengon/albasiah yang terserang penyakit karat puru
tersebut tersebar pada lahan seluas 710,40 hektar dari luas total hutan
rakyat seluas 33.446,17 hektar. ”Akibat serangan penyakit karat puru
tersebut,maka kerugian yang dialami para petani tanaman sengon di
Kab.Tasikmalaya diperkirakan mencapai Rp.4.115.023.350.”jelasnya.
Kehadiran penyakit karat puru dapat menyerang tanaman sengon,mulai dari
persemaian sampai pada tingkat lapangan (pucuk,ranting,cabang dan
batang).Adapun gejala awal terlihat berupa benjolan yang berwarna
cokelat muda sampai cokelat tua pada tulang daun ataupun pada pucuk
bibit tanaman,yang lama-kelamaan akan membesar sampai mencapai ukuran
diameter lebih dari 10 cm.Apabila karat puru telah menjadi tua,maka
benjolan/tumor (Gall) akan berubah warna menjadi merah tua sampai hitam
(Hardi,2005).
Serangan penyakit karat puru pada tanaman muda
menyebabkan pertumbuhan tanaman sengon terganggu dan pada serangan yang
lebih berat dapat batang atau cabang patah bila tertiup angina.Apabila
hampir seluruh bagian tanaman telah dipenuhi dengan benjolan penyakit
maka daun akan mengering,rontok dan akhirnya tanaman mati.
Adapun gejala awal serangan penyakit karat puru ini ditandai dengan
adanya garis-garis putih memanjang di bagian pucuk (warna pucuk agak
kehitaman dan bersifat kaku),kemudian berkembang membengkak hingga
menyerupai tumor (gall) pada pucuk dengan warna putih pucat,kemudian
berubah menjadi cokelat tua.Serangan pada tanaman di lapangan dapat
dilihat pada pucuk,ranting,cabang dan batang.Gejala yang diperlihatkan
ditandai dengan daun berwarna kuning,lama kelamaan gugur kemudian
tanaman menjadi gundul dan mati.
Dalam upaya mengatasi munculnya
serangan penyakit karat puru terhadap tanaman sengon yang dapat
merugikan para petani,maka perlu dilakukan upaya pencegahan sedini
mungkin,dengan melakukan langkah-langkah berikut ini.
Imunisasi
Cara pencegahan secara immunisasi merupakan pencegahan yang sangat
mendasar terhadap munculnya serangan penyakit tanaman.Immunisasi
dilakukan sedini mungkin yang dimulai sejak penyimpanan benih,yaitu
mencampur benih dengan fungisida.Perendaman benih dengan fungisida
berbahan aktif tembaga sulfat sebelum benih ditabur.Menggunakan media
semai yang telah disterilkan.Juga menghindari penggunaan pupuk kotoran
ayam karena sangat rentan terhadap timbulnya serangan penyakit,terutama
karat puru.
Silvikultur
Upaya pencegahan secara silvikultur ini meliputi berbagai kegiatan
silvikultur,antara lain; pengaturan jarak tanam yang sesuai,pemupukan
yang tepat dan teratur,pemangkasan,pengendalian gulma secara selektif,
pengapuran pada tanah masam dan menggunakan pola tanam multikultur.
Untuk penanaman diperlukan tanaman pelindung seperti nimba untuk
mengandalikan serangan hama sebagai vector penyakit.
Mekanik
Pencegahan secara mekanik ini dilakukan dengan memangkas bagian
tanaman yang terserang kemudian ditimbun ke dalam tanah (kedalaman
minimal 30 cm dari permukaan tanah).Untuk tanaman sengon muda
dilakukan pewiwilan secara teratur terutama untuk tanaman yang berumur 1
tahun.
Ramah Lingkungan/Tradisional
Pencegahan secara ramah lingkungan ini dilakukan dengan mencampur
bahan kapur 1 kg dan belerang 1 kg serta air sebanyak 10 atau 20
liter,lalu diaduk hingga rata. Bagian tanaman yang terserang penyakit
karat puru dibersihkan dari gallnya, kemudian bagian tersebut
disemprot/diolesi larutan kapur dan belerang tadi.
Kimiawi
Upaya pencegahan secara kimia ini dengan melakukan penyemprotan secara
serentak pada persemaian dan lapangan pada saat gejala penyakit karat
puru mulai muncul dengan menggunakan fungisida yang berbahan aktif
tembaga.Penyemprotan dilakukan pada saat 3 minggu sebelum turun hujan.
Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan fungsi dari bahan aktif tembaga
yang melekat pada permukaan tanaman sebagai pelindung terhadap
pertumbuhan spora Uromycladium tepperianum.Sementara selang waktu
penyemprotan adalah sekakali dalam dua minggu.
Dengan upaya
pencegahan yang dapat dilakukan tersebut,maka diharapkan kerugian akibat
serangan penyakit karat puru dapat dihindari, sehingga petani masih
dapat meningkati hasil panennya meski kurang begitu optimal.